JAKARTA, iNewsJambi.id - Seorang pahlawan yang selamat dari G30S PKI adalah Jenderal Abdul Haris Nasution atau biasa disebut A.H. Nasution.
Saat masa pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) di tahun 1960-an, ia memang masuk dalam daftar penculikan bersama beberapa jenderal lainnya.
Namun, A.H. Nasution berhasil melarikan diri berkat aksi sang istri dan ajudannya bernama Pierre Tendean. Alhasil, ia tidak termasuk sebagai korban yang gugur saat G30S PKI, seperti Jenderal Ahmad Yani, Mayjen R Soeprapto, Mayjen MT Haryono, Mayjen S Parman, Brigjen DI Panjaitan, Brigjen Sutoyo, dan Lettu Pierre A Tendean.
Melansir dari laman kebudayaan.kemdikbud.go.id, Kamis (28/9/2023) usai lolos dari peristiwa tragis itu, A.H. Nasution memiliki sederet prestasi di bidang militer gencar berkiprah di bidang politik pemerintahan. Ia akhirnya menerima pangkat kehormatan sebagai Jenderal Besar TNI kehormatan, yang dituangkan dalam Keppres No 46/ABRI/1997, tanggal 30 September 1997.
Tak hanya itu, A.H. Nasution dianggap layak dianugerahi gelar Pahlawan Nasional oleh pemerintah RI melalui Surat Keputusan Presiden No 073/TK/Tahun 2002, tanggal 6 November 2002.
Adapun kisah A.H. Nasution yang selamat dari G30S PKI akan dipaparkan berikut ini.
Pahlawan yang Selamat dari G30S PKI
Pada tanggal 1 Oktober 1965 pukul 04.00 WIB, rumah Jenderal A.H. Nasution tiba-tiba didatangi oleh pasukan Cakrabirawa yang ingin menculiknya. Pasukan tersebut membuka paksa pintu dan mengirim tembakan ke arah rumah sang jenderal.
Mengetahui hal tersebut, istri A.H. Nasution, Johanna Sunarti menahan pintu rumahnya agar tidak dimasuki pasukan Cakrabirawa. Di waktu yang bersamaan, ia meminta sang suami untuk menyelamatkan diri.
A.H. Nasution memanjat dan melompati tembok rumahnya. Ia berhasil lolos walaupun diberondong peluru oleh pasukan Cakrabirawa.
Pada saat itu, sang jenderal sebenarnya ingin kembali ke dalam rumah karena mendengar putrinya, Ade Irma Nasution tertembak. Namun, Johanna Sunarti menahan usaha tersebut dan memohon agar A.H. Nasution segera melarikan diri.
A.H. Nasution kemudian bersembunyi di belakang tong air yang ada di rumah duta besar Irak. Setelah itu, ia bergegas menuju ke rumah Wakil Menteri Leimena untuk menghubungi Presiden Soekarno dan menanyakan alasan Cakrabirawa menculiknya sekaligus meminta perlindungan.
Proses penyelamatan diri A.H. Nasution tersebut berhasil dilaksanakan, salah satunya karena sang ajudan, Pierre Tendean rela melakukan aksi heroik dengan menghadapi Cakrabirawa secara langsung. Akibatnya, Pierre Tendean yang mulanya dikira A.H. Nasution dieksekusi di rumah sang jenderal dan dibawa ke Lubang Buaya.
Setelah berhasil lolos dari pemberontakan PKI, A.H. Nasution kembali menjalani hidupnya seperti biasa. Ia semakin berkiprah di bidang politik pemerintahan dengan menjabat sebagai Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) pada 1966 sampai 1972.
A.H. Nasution kemudian diberi gelar Jenderal Besar oleh Presiden Soeharto tepat pada 5 Oktober 1997 atas jasa-jasanya untuk Indonesia. Sang jenderal menghembuskan nafas terakhirnya pada 6 September 2000 dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan, Kalibata. (nas)
Sumber: iNews.id
Editor : Monas Junior