Janda Lebih Menggoda, Nomor 3 Apakah Ini Alasan Utamanya?

JANDA lebih menggoda, mengapa demikian? Bisa jadi pertanyaan ini pernah masuk dalam pikiran Anda.  Nah, untuk menjawab rasa penasaran tersebut dapat disimak artikel ini kemungkinan penyebab janda lebih mengg 

Meski kini mulai banyak pihak yang berusaha menetralisir makna istilah janda, tak sedikit lelaki "berotak nakal" yang masih merasa janda adalah "sarang godaan". 

Baca Juga

Lepas Status Janda, Shinta Bachir Resmi Disunting Indra Kristianto

Di Indonesia sendiri, janda dianggap punya daya tarik tersendiri oleh banyak orang. Kenapa janda bisa dianggap lebih menggoda? Berikut beberapa alasannya. 

1. Lebih Dewasa

Alasan janda lebih menggoda yang pertama adalah kedewasaan. Sebagian besar laki-laki mengaku punya preferensi pasangan yang lebih tua atau lebih dewasa , dan janda sering kali sudah pernah menjalani kehidupan sebagai istri yang membuatnya tertempa dalam membina rumah tangga.  

Baca Juga

Janda dan Istri Orang Halal di Jalan Gajah Mada Purwodadi 

2. Mandiri
Alasan janda lebih menggoda yang kedua adalah kemandirian. Karena sudah pernah hidup sendiri setelah ditinggal pergi atau mati sang suami, janda punya sifat yang mandiri dan bisa berdiri sendiri tanpa bantuan lelaki. Kualitas inilah yang membuat tak sedikit pria mengejar janda, karena mereka tak terlalu butuh dimanja dan bisa membantu menyokong rumah tangga. 

3. Berpengalaman 
Alasan janda lebih menggoda yang berikutnya adalah pengalaman. Tak beda jauh dengan poin pertama, janda sudah pernah menjalani kehidupan sebagai seorang istri. Pengalaman tersebut tentu telah mengasah beberapa pengalaman seperti memasak, mengatur rumah, mencari rezeki, hingga urusan ranjang. 

4. Lajang 
Alasan janda lebih menggoda yang terakhir tentunya status. Dengan berbagai pengalaman dan kepiawaian yang dimiliki seorang janda, faktor yang membuat mereka banyak dikejar lelaki adalah status lajang yang disandang. Bagi banyak lelaki, tak setiap hari bisa bertemu perempuan dengan kualitas seorang istri dan ibu yang bisa didekati tanpa takut babak belur.

Editor : Vitrianda Hilba Siregar