JAKARTA, iNewsJambi.id - Nilai tukar (Kurs) rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan hari ini, Selasa (6/8/2024) ditutup menguat 24,5 poin atau 0,15 persen ke level Rp16.164.
Sebelumnya, rupiah sempat dibuka pada level Rp16.206 per dolar AS.
Menurut Pengamat Pasar Uang, Ibrahim Assuaibi dolar AS melemah dipengaruhi data pekerjaan AS yang lebih lemah dari perkiraan, bersama dengan laporan laba yang mengecewakan dari perusahaan teknologi besar, juga dari kondisi di China.
Meningkatnya kekhawatiran atas ekonomi Tiongkok, telah memicu aksi jual global pada saham, minyak, dan mata uang berimbal hasil tinggi dalam seminggu terakhir karena investor mencari keamanan uang tunai,” ucap Ibrahim dalam risetnya, Selasa (6/8/2024).
Aksi jual berlanjut pada hari Senin, dengan imbal hasil Treasury AS turun lebih jauh, indeks saham di zona merah, dan dolar melemah.
Imbal hasil Treasury telah turun tajam sejak minggu lalu, ketika Fed mempertahankan suku bunga kebijakan dalam kisaran 5,25 persen hingga 5,50 persen saat Ketua Fed Jerome Powell membuka kemungkinan penurunan suku bunga pada bulan September.
Namun pada hari Jumat, setelah data menunjukkan tingkat pengangguran melonjak, ekspektasi untuk penurunan suku bunga meningkat.
Lonjakan yen Jepang terjadi karena para pedagang secara agresif menghentikan perdagangan carry. Apa yang disebut perdagangan carry, di mana investor meminjam uang dari negara-negara dengan suku bunga rendah seperti Jepang atau Swiss untuk mendanai investasi dalam aset-aset berimbal hasil lebih tinggi di tempat lain, telah populer dalam beberapa tahun terakhir.
Pada hari Senin, kontrak berjangka dana Fed mencerminkan para pedagang yang memperkirakan peluang hampir 100 persen dari pemotongan 50 basis poin pada pertemuan bank sentral bulan September, menurut CME FedWatch.
Fokus minggu ini adalah pada lebih banyak pembacaan ekonomi dari Tiongkok, khususnya data perdagangan dan inflasi yang akan dirilis akhir minggu ini.
Dari sentimen domestik, Pemerintah bakal menggenjot konsumsi pemerintah di kuartal III dan IV 2024 untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di akhir tahun. Hal ini mengingat, konsumsi pemerintah di kuartal II 2024 yang melambat. Karena pemerintah ingin menggerakan sektor di luar pemerintahan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Adapun, di kuartal II 2024 konsumsi pemerintah tumbuh 1,42 persen, dengan kontribusi terhadap PDB sebesar 7,31 persen. Sedangkan, kuartal I 2024, konsumsi pemerintah tumbuh 24,29 persen, dengan kontribusi sebesar 1,43 persen.
Meski demikian, untuk kuartal III dan kuartal IV 2024 pemerintah akan melihat faktor apa lagi yang bisa didorong. Namun, utamanya belanja pemerintah yang akan didorong terlebih dahulu. Sehingga belanja pemerintah akan bisa digenjot di kuartal III ini.
Berdasarkan data di atas, mata uang rupiah untuk perdagangan berikutnya diprediksi bergerak fluktuatif, namun kembali ditutup menguat di rentang Rp16.110 - Rp16.180 per dolar AS. (uda)
Sumber: iNews.id
Editor : Monas Junior
Artikel Terkait